JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat pendidikan, Darmaningtyas mengatakan, Jumat (3/4), pemerintah sejauh ini masih lebih memfasilitasi pendidikan formal. Padahal, kenyataannya pendidikan formal belum sepenuhnya mampu menyiapkan tenaga terampil. Tenaga terampil justru banyak disiapkan oleh pendidikan nonformal, seperti kursus.
Seperti diberitakan sebelumnya, pemerintah baru menyusun regulasi mengenai kursus. Salah atu yang direncanakan akan diatur ialah pembatasan wilayah operasional kursus berskala internasional hanya sampai ibukota provinsi.
Di tengah kondisi tersebut, menurut Darmaningtyas, pemerintah seharusnya tidak hanya bersifat mengawasi, tetapi lebih banyak lagi memfasilitasi. "Kalau ada lembaga pendidikan lokal yang tumbuh, perlu dibantu fasilitasnya, perizinan dipermudah, dan diba ntu berjejaring untuk menyalurkan lulusannya. Jadi, iklimnya mendukung," ujarnya.
Departemen Pendidikan Nasional perlu pula bersinergi dengan sektor lain, seperti Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi serta koperasi.
"Departemen Pendidikan Nasional , misalnya, bisa menyusun kurikulum. Koperasi menyalurkan produk-produk karya peserta kursus. Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi mengurusi ketenagaan seperti soal sertifikasi," ujarnya.
Kualitas sebuah lembaga kursus sebetulnya yang menilai ma syarakat. Kursus yang berkualitas pasti diminati masyarakat. Jika kualitas kursus di dalam negeri sudah berkualitas, akan lebih baik. Pada dasarnya, masyarakat akan tetap keluar uang untuk memeroleh pendidikan.
"Kalau yang kian dominan itu warala ba asing, ada modal yang akan mengalir ke luar. Biaya waralaba itu dibayarkan ke luar negeri," ujarnya.
JAKARTA, KOMPAS.com - Pendidikan nonformal mulai diakreditasi oleh Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Nonformal. Namun, akreditasi itu dibuat sesuai dengan kondisi dan tidak akan mematikan pertumbuhan pendidikan nonformal.
"Kami tidak ingin parameter yang terlalu mengekang tetapi tetap berkualitas. Memang agak menyimpang dari model akreditasi di pendidikan formal itu karena tidak ingin mematikan kegiatan pendidikan nonformal," ujar Sekretaris Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Non Formal (BAN PNF), Yessi Gusman, Selasa (31/3).
Telah ada instrumen akreditasi untuk 12 jenis program dan akan ditambahkan dua jenis program lagi tahun 2009. Satu lembaga nonformal dapat mempunyai lebih dari satu program. Sampai dengan tahun 2008 ada total 491 program dari sejumlah satuan pendidikan nonformal yang diakreditasi. Tahun 2009, direncanakan total 1.850 lembaga dan program akan diakreditasi.
Masyarakat dapat terbantu dengan adanya akreditasi tersebut dalam menentukan lembaga pendidikan nonformal yang ingin dimasuki. "Dengan akreditasi tersebut, lembaga telah memenuhi standar berdasarkan instrumen yang nanti ditetapkan," ujarnya.
Yessi dan 12 orang anggota BAN PNF diangkat pada Oktober 200 dan bertugas untuk membantu pendidikan nonformal yang cakupannya antara lain l embaga profesional, kursus, serta lembaga nonprofit seperti majlis taklim, taman bacaan masyarakat dan pusat kegiatan belajar masyarakat.
JAKARTA, SENIN - Tingginya angka putus sekolah, banyaknya anak jalanan dan anak terlantar di Indonesia membuat banyak pihak prihatin, tak terkecuali Yayasan Pendidikan Indonesia-Amerika (Indonesian-American Education Foundation) di Jakarta atau di singkat Jakarta IAEF. Jakarta IAEF akan membangun gedung dan memberikan pendidikan nonformal gratis buat anak-anak tersebut.
Demikian diungkapkan Ketua Jakarta IAEF Daniel Dhakidae, Ketua Pembina Jakarta IAEF Azyumardi Azra, anggota Pembina IAEF Jakarta Aristides Katoppo, dan President Dallas IAEF Henny Hughes, kepada pers Senin (27/10) di Jakarta. "Idenya membangun suatu yayasan untuk kepentingan pendidikan, terutama untuk anak-anak putus sekolah, anak jalanan dan anak terlantar. Mereka akan ditampung, dididik dan dilatih hingga mampu berdiri sendiri menopang kehidupannya, tanpa mengeluarkan biaya," kata Daniel Dhakidae.
Bagi mereka sudah lulus dan menguasai keterampilan sesuai bidang yang diminatinya, maka mereka akan disalurkan bekerja di luar negeri dengan jejaring yang dibangun, misalnya di Timur Tengah, Malaysia, termasuk Amerika sendiri. Sejumlah duta besar sudah dikontak dan mendukung program ini. Namun, Jakarta IAEF bukanlah lembaga pengerah jasa tenaga kerja yang mendapatkan fee.
Azyumardi Azra mengatakan, yayasan pendidikan ini dibuat sebagai jembatan budaya kedua negara, Indonesia-Amerika. "Yayasan Pendidikan Indonesia Amerika ini lebih dari soal pendidikan, tapi juga pertukaran budaya, sehingga dengan ini mereka bisa mengetahui dan menghayati, dan saling menghargai kebudayaan masing-masing," katanya.
Karena itu, untuk mendukung ini, Aristides Katoppo berharap banyak pihak, apakah pribadi atau perusahaan yang peduli pendidikan anak-anak bangsa yang terlupakan ini, untuk membantu mewujudkan pembangunan gedung Learning Center, tempat mereka membekali diri dengan berbagai keterampilan untuk berkarya.
"Tanggal 11 Desember 2008, akan digelar malam dana bertajuk We are the Forgotten Children of Indonesia di Balai Sarbini. Diharapkan masyarakat mau menyumbang, bersimpati, dan memberikan solidaritas dan kebersamaan," ujarnya.
Henny Hughes menambahkan, gagasan ini berdasarkan investigasi dua tahun lalu. Untuk membawa anak-anak itu kembali belajar, motivasinya harus dari diri mereka sendiri. Keinginan belajar dari mereka itu harus kuat.
Membawa mereka kembali belajar bukanlah hal yang mudah, akan tetapi bukan pula sesuatu yang mustahil karena pengaruh kehidupan liar di luar rumah telah merubah pola pikir mereka. "Untuk itu dibutuhkan metode khusus, praktis dengan bahasa yang sederhana dan berbagai variasi sistem penyampaian, misalnya melibatkan audio-visual agar lebih mudah dipahami, sehingga membuat belajar sebagai bagian dari aktivitas yang menyenangkan dan menjadi suatu kebutuhan," jelasnya.
Menurut Henny, pendidikan nonformal di Learning Center bisa menampung 400 anak. Walaupun yang menjadi target sementara adalah mereka yang putus sekolah dan yang memasuki usia dewasa atau 17 tahun ke atas, akan tetapi seiring dengan berjalannya waktu maka Learning Center juga akan dapat menampung berbagai tingkatan, termasuk anak-anak setingkat SD hingga universitas. Bahkan, akan menjangkau setiap warga yang ingin meningkatkan kemampuan dan pengetahuannya.
Learning Center yang didesain oleh Fakultas Teknik Jurusan Sipil dan Perencanaan Universitas Trisakti, untuk tahap awal selain memiliki fasilitas belajar-mengajar dan training juga memiliki sejumlah fasilitas olahraga. Bangunan tiga lantai seluas lebih kurang 2.000 meter persegi di atas tanah seluas 3.000 meter persegi itu, rencananya akan dilaksanakan pada awal tahun 2009 dan diharapkan akan dapat dioperasikan pada pertengahan tahun 2010.
Rakor Penyusunan dan Perencanaan Program PMPTK-PNF tahun 2009 dilaksanakan Di Yogyakarta pada tanggal 31 Maret - 1 April 2009, yang membahas tentang Rencana Program PMPTK-PNF tahun 2010 dan Permen Diknas bagi PTK-PNF dengan melibatkan unsur dari Ditjen PMPTK, Asosiasi/Forum PTK-PNF (Himpaudi, HISSPI, PKBM, Pengelola IT, Tutor Keaksaraan, HIPKI, FPBI, IPI, Tutor Kesetaraan, TLD dan TBM), Tim Asistensi PTK-PNF.
Hasil dari Rakor ini diharapkan adanya tindak lanjut hasil evaluasi program 2009 untuk dijadikan Analisis Kebutuhan tahun 2010 serta Adanya Inventarisasi Permendiknas bagiPTK-PNF, (miko)
Di penghujung akhir tahun 2008 Balai Pengembangan Pendidikan Nonformal dan Informal memberikan penghargaan kepada karyawan, dan masyarakat yang berkecipung di dunia Pendidikan Nonformal dan Informal yang dikemas dalam kegiatan penghargaan PTK – PNF berprestasi. Kegiatan pemberian penghargaan PTK-PNF berprestasi dilaksanakan dalam sela-sela kegiatan Temu Konsultasi, Koordinasi dan Sinkronisasi serta serah terima jabatan di jajaran eselon IV di BPPNFI Regional IV. Hadir dalam malam penganugrahan PTK-PNF berprestasi Kepala BPKB dan SKB wilayah Jawa Timur dan Nusa Tenggara Timur sert undangan dari Jakarta serta Kepala Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Timur yang diawali oleh Kasubdis Pendidikan Luar Sekolah.
Aji Saputra Jaya,itulah nama yang diberikan oleh kedua orang saya,saya yang biasa di panggil Aji.Saya lahir di kelapa kampit yaitu sebuah kecamatan yang terletak dikabupaten Belitung Timur Propinsi Bangka Belitung, pada tanggal 2 Juli 1990. Saya adalah anak kedua dari Dua bersaudara. Saya tumbuh dan besar di tanah kelahiran saya,karena ibu saya seorang guru jadi dulu saya tinggal dirumah dinas guru,pada waktu umur saya 3 tahun barulah saya pindah kerumah orang tua saya sendiri .Dan pada umur saya 3 tahun juga saya merasakan pendidikan formal.Karena pada waktu itu saya di sekolah kan oleh Ibu saya di sebuah TK di dekat rumah saya.Seperti anak seusia saya lainnya saya begitu senang bermain ,namun permainan yang paling saya sukai adalah puzzle. Setelah Berumur 5 tahun sayapun melanjutkan pendidikan Sekolah Dasar,namun karena umur saya masih terlalu muda untuk masuk SD ,jadi saya hanya ikut-ikutan saja,namun karena saya mendapat peringkat 10 besar maka saya dinaikkan kekelas dua. Semasa belajar di Sekolah Dasar saya selalu mendapat peringkat dikelas, dari kelas satu sampai kelas enam, alhamdulillah hampir setiap caturwulan saya selalu mendapatkan peringkat di kelas. Sehingga pada saat saya lulus dari Sekolah Dasar, saya dapat melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negri didaerah saya yaitu SMPN1 Kelapakampit yang merupakan SMP unggulan di daerah saya tersebut. Saya melanjutkan ke SMP pada saat usia saya menginjak umur 11 tahun.. Pada awal saya memulai belajar di Sekolah Menengah Pertama, saya mulai merasakan perbedaan dalam pembelajarannya karena di tingkat Sekolah Menengah Pertama saya mendapatkan guru yang berbeda-beda setiap mata pelajaran. Berbeda pada saat saya duduk di bangku Sekolah Dasar yang masih menggunakan guru kelas, hanya pada mata pelajaran tertentu saja guru lain yang mengajar. Jadi pada saat saya memulai belajar di tingkat Sekolah Menengah Pertama, saya harus menyesuaikan diri dengan keadaan baru tersebut.Dan pada awalnya saya sempat tidak bisa mengikuti pelajaran-pelajaran di SMP tersebut namun pada akhirnya jagu bisa menyesuaikan diri di SMP tersebut,dan sayapun sempat mengikuti pembelajaran tambahan yang disediakan SMP tersebut.Dan saya pun lulus di SMP tersebut dengan nilai yang cukup memuaskan.
. Setelah Saya lulus pendidikan Sekolah Menengah Pertama pada usia 14 tahun,saya langsung meneruskan pendidikan saya ke Sekolah Menengah Atas(SMA). Saya meneruskan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Kelapa kampit,dan masih terletak didaerah saya juga.Namun lain hal dengan pada awal saya masuk SMP dulu ,Yang pada waktu itu saya sempat bingung dengan cara belajar yang jauh berbeda antara SD dan SMP,Pada saat masuk SMA saya tidak lagi bingung karena cara belajar diSMP dengan SMA tidak beda jauh,namun kendala pertama yang saya hadapi pada waktu di SMA adalah dalam menghadapi para Senior yang begitu sewena-wena dengan para junior,untuk masalah akademik saya tidak mengalami masalah ,kecuali pada mata pelajaran Fisika,karena itu pada kelas 2 saya memilih jurusan IPS .dan pada tahun 2007 waktu itu umur saya menginjak 17 tahun saya akhirnya lulus dari Sekolah Menengah Atas dengan nilai yang memuaskan. Setelah saya lulus SMA,saya pun berniat untuk mengikuti SPMB.Untuk itu saya pun tinggal di rumah kakak sepupu saya yang tinggal di bogor,tepatnya di cibinong.dan dalam rangka persiapan untuk mengikuti SPMB,saya pun mengikuti les Di PRIMAGAMA.pada saat SPMB saya memilih Universitas Indonesia (Kominikasi Masa ) sebagai pilihan pertama serta Universitas Negeri Jakarta ( Pendidikan Tata Niaga ) sebagai pilihan kedua. Dan pada akhirnya saya dapat di terima di Universitas Negeri Jakarta walaupun itu merupakan pilihan kedua, tetapi saya masih bersyukur dapat lolos SPMB dan bisa masuk di Universitas Negeri.Walaupun saya tidak senang dengan ekonomi ,terlebih lagi jurusan yang saya ambil tersebut merupakan jurusan pendidikan,namun dengan dorongan dari orang tua.saya pun bisa menjalani perkuliahan saya dengan baik sampai sekarang. Namun diluar dugaan saya ,ternyata mata kuliah yang saya ambil banyak yang mengajarkan cara-cara dan tehnik dalam berbisnis dan ini cocok sekali dengan cita-cita saya ,yaitu menjadi pengusaha sukses lebih dari ayah saya yang seorang wiraswasta. Itulah sepenggal cerita perjalanan hidup saya,mungkin ada kata-kata yang kurang enak ataupun ada kesalahan dalam pengetikannya, saya pribadi memohon maaf.Terima kasih.
visi
visi saya adalah menyelesaikan kuliah dan setelah itu menjadi wirausaha seperti ayah saya.walaupun kuliah saya diprogram pendidikan,menjadi guru adalah pilihan kedua saya,jika saya tidak berhasil menjadi wirausaha.
misi
misi saya untuk saat ini adalah menjalani kuliah saya dengan sebaik-baiknya untuk mencapai visi saya...