Minggu, 12 April 2009

Ekonomi Islam Diusulkan Masuk Kurikulum

SOLO--MI: Majelis Pendidikan Tinggi (Dikti) Muhammadiyah menggagas pencantuman ekonomi Islam dalam kurikulum pendidikan tinggi. Selain untuk mengimbangi pesatnya kemajuan perbankan syariah, sistem ekonomi Islam juga dinilai lebih berkeprimanusiaan dan berkeadilan.

Untuk merumuskan gagasan tersebut, Majelis Dikti Muhammadiyah bersama Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Solo, mengumpulkan masukan dari para pimpinan perguruan tinggi Muhammdiyah lain, Jumat (13/2).

Penjaringan aspirasi dalam format seminar nasional dan lokakarya dengan tema 'Ekonomi Islam sebagai Sistem Pendidikan Ilmu Ekonomi di Indonesia' ini direncanakan berlangsung hingga Sabtu (14/2).

Dalam paparan singkatnya, Rektor UMS, Bambang Setiaji menegaskan sekarang sudah saatnya ekonomi Islam dimasukkan dalam kurikulum di perguruan tinggi yang berada di bawah lingkungan Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). Seperti halnya ilmu theologi dan Bahasa Arab yang telah terlebih dulu disetujui.

Marketnya sudah ada yakni perbankan syariah. Mengapa perlu, karena sekarang sebagian besar Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada di bank-bank syariah masih berasal dari perbankan konvensional, katanya.

Hal senada juga dikemukakan Ketua Majelis Ekonomi PP Muhammadiyah, Anwar Abbas. Ia bahkan menegaskan dibanding sistem ekonomi yang lain ekonomi Islam lebih berkeprimanusian dan berkeadilan. Karena sifatnya yang non riba dan lebih mengedepankan kerjasama seperti yang dianjurkan Nabi Muhammad SAW.

Lagi pula, sistem ekonomi yang diterapkan di bank-bank konvensional yang mengacu pada suku bunga itu memiliki sejumlah kelemahan. Dari sebuah diskusi yang dilakukannya bersama sejumlah pakar ekonomi terungkap bahwa pengangguran dan kemiskinan berkorelasi dengan tingkat suku bunga. (FR/OL-06)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar