Minggu, 24 Mei 2009

85 Siswa SMA Ngumpet ke Hutan

Para siswa yang sebagian dari SMA Negeri 1 Kedungadem itu, menghilang untuk menghindari pengejaran polisi setelah mereka diduga kuat sebagai anggota SHT yang terlibat dalam amuk massa.

“Ya, memang ada siswa yang absen setelah kejadian itu. Tetapi saya tidak tahu persis jumlahnya,” kata Pakijan (30) penjaga sekolah SMA Negeri 1 Kedungadem, saat ditanya Surya, Jumat (19/9). Hingga kemarin malam, Surya belum berhasil menemui kepala sekolah atau para guru SMA Negeri 1 Kedungadem.

Sebelumnya, kepada kantor berita Antara, Kabag Bina Mitra Polres Bojonegoro, AKP Kusen Hidayat mengatakan, dari 85 siswa SLTA yang diduga kuat sebagai pelaku amuk massa, sebagian besar dari SMA Negeri 1 Kedungadem. Polisi telah melakukan identifikasi terhadap para siswa yang membolos itu.

Menurut Camat Kedungadem, Erdin Sucahyo, selain dari SMA Negeri 1 Kedungadem, para siswa yang melarikan diri itu juga berasal dari SMA swasta, tsanawiyah dan SMK setempat.

“Mereka tidak berani pulang sejak kejadian itu karena polisi terus mencari,” kata Erdin kepada Surya, Jumat (19/9).

Para siswa itu diduga bersembunyi di hutan di kawasan Kedungadem --yang berjarak sekitar 40 km timur laut kota Bojonegoro. Kecamatan Kedungadem dan sekitarnya yang terletak di dataran agak tinggi, memang dikelilingi oleh kawasan hutan jati.

“Tapi ada juga yang keluar dari wilayah Kedungadem, ke tempat sanak saudara mereka entah di mana,” kata seorang warga Desa/Kecamatan Kedungadem yang tak mau disebut namanya, kemarin.

Insiden yang terjadi pada Sabtu (13/9) itu, berawal dari munculnya kabar bahwa massa dari perguruan silat lain hendak menyerang padepokan perguruan SHT di Desa Mlideg. Para anggota SHT pun siaga di depan padepokan. Jumlah mereka saat itu diperkirakan antara 230-250 orang.

Karena dikira musuh, saat kerumunan orang pulang dari melihat orkes hajatan di desa tetangga, Desa Kesongo, melintasi padepokan itu, mereka langsung diserbu massa SHT dari balik semak-semak. Akibatnya seorang warga Desa Kesongo, yaitu Yuswanto (35) tewas dan 16 orang lainnya luka-luka. Para korban yang ternyata warga biasa, tak hanya orang dewasa dan remaja, tetapi juga anak-anak.

Hingga kini, barang bukti yang diamankan di Mapolres Bojonegoro adalah 11 sepeda motor milik para pelaku, sembilan senjata tajam mulai pisau, sangkur, golok dan samurai. Juga sebuah martil, sembilan buah batu, empat baju, enam pentungan dan tiga buah potongan jari para korban. Sedangkan 12 orang telah diciduk sebagai tersangka.

Para tersangka dijerat dengan pasal berlapis mulai pasal 351 KUHP tentang penganiayaan, pasal 170 (pengeroyokan ), pasal 160 (menghasut) dan UU Darurat No. 12 nomor tahun 51 tentang Membawa Senjata Tajam. Ancamannya, hukuman di atas 1 tahun penjara.

Menurut keterangan yang dihimpun Surya, sebagian anggota SHT di wilayah Kedungadem adalah para remaja yang masih SLTA, bahkan ada juga yang SMP. Menyusul insiden tersebut, aktivitas Perguruan SHT Ranting Kedungadem dibekukan oleh Perguruan SHT Pusat, yang berkedudukan di Madiun.

Diduga, para tersangka pelaku bertahan hidup di hutan karena mendapatkan kiriman makanan dari keluarga mereka yang mendatangi langsung ke hutan. Hanya saja polisi sulit melacak secara langsung dan menangkap para pelaku, karena mereka berpidah-pindah meski masih tetap di hutan.

Menjawab pertanyaan adanya 85 siswa SLTA di Kecamatan Kedungadem yang tidak masuk sekolah, Kapolres Bojonegoro AKBP Agus S Hidayat menuturkan, masih terlalu dini kalau para siswa yang sekarang bersembunyi di hutan dituduh sebagai pelaku.

"Bisa saja, mereka dari perguruan pencak silat lainnya kemudian bersembunyi karena takut. Namun, bisa juga mereka memang pelaku," katanya.

Yang jelas, sejak kemarin Polres Bojonegoro mulai menyebarkan foto Ketua Ranting Persaudaraan SHT Kedungadem, Yaiman, yang sudah ditetapkan sebagai tersangka dan masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) karena dia kabur usai amuk massa tersebut.

"Yaiman otak sekaligus pelaku aksi kerusuhan itu," tegas Kapolres, Jumat (19/9).
Kapolres menjelaskan, proses bisa mendapatkan foto Yaiman dengan gambar cukup jelas membutuhkan waktu, karena setiap foto yang ada gambar Yaiman, tampak buram.

Dalam foto terakhir yang ditemukan, gambar Yaiman tergolong baru, karena sedang berpose bersama Bupati Bojonegoro, Suyoto, semasa Pilkada di Bojonegoro akhir 2007.
"Kami sekarang baru merepro foto tersebut, karena gambar Yaiman cukup jelas," kata Kasat Reskrim Polres, AKP Setyo K Hariyatno, menambahkan.

Foto-foto Yaiman, jelas dia, selain akan disampaikan ke Polda Jawa Timur, juga ke jajaran Polres lainnya di Indonesia yang diperkirakan menjadi lokasi persembunyian Yaiman.

Menurut Kapolres, upaya negosiasi dan himbauan yang dibantu jajaran pengurus Perguruan SHT Bojonegoro sudah dilakukan agar Yaiman menyerahkan diri. Tetapi, sejauh ini upaya itu tak membuahkan hasil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar