Minggu, 24 Mei 2009

Masalah Lingkungan Jadi Perhatian Guru di Gresik

GRESIK, MINGGU -- Masalah pencemaran dan pemanasan global menjadi perhatian guru-guru pendidikan lingkungan hidup di Gresik. Selama dua hari sejak Sabtu (7/6) di SMA Negeri 1 Gresik sebanyak 48 guru SMP dan SMA mengikuti semiloka lingkungan hidup Pendidikan Lingkungan Menuju Pendidikan Yang Berwawasan Pembangunan Berkelanjutan . Semiloka diteruskan dengan peninjauan lapangan ke Kaliandra Tamandayu Pasuruan Minggu (8/6).

Para diajak untuk melihat praktik pendidikan lingkungan yang dilakukan sekolah lain dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) bidang lingkungan. Direktur Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan-lahan basah (Ecoton) Prigi Arisandi mengatakan nantinya d iharapkan kesadaran dan komitmen guru matapelajaran lingkungan hidup baik SMP dan SMA di Gresik untuk ikut serta menerapkan prinsip pendidikan lingkungan hidup mudah dilakukan.

Hal itu dirangsang dengan kompetisi sekolah berwawasan lingkungan (Adiwiyata) dan tawaran kerja sama dari British Council Jakarta yang menggelar kompetisi sekolah dalam rangka mencegah dampak pemanasan global. "Peserta bisa membuat action plan untuk melak ukan riset bersama dengan pelajar untuk solusi masalah lingkungan disekitar sekolah," kata Prigi.

Output yang diharapkan adalah terbentuknya jaringan guru peduli lingkungan hidup dan terjalinnya komunikasi antara sekolah dan guru tentang pendidikan lingkungan hidup. Indikator keberhasilan program diukur dari munculnya komitmen sekolah dan guru untuk melanjutkan dan mendukung keberlanjutan Pendidikan Lingkungan di sekolah masing-masing serta bisa menjaring dan mengembangkan pendidikan lingkungan di sekolah lain.

Prigi menjelaskan semiloka lingkungan hidup untuk guru-guru di Gresik merupakan kerjasama Ecoton dengan Penerbit Pelangi. Kegiatan itu didasari kecenderungan permasalahan pengelolaan lingkungan hidup semakin rumit dan multidimensional sehingga memberikan tantangan semakin besar. "Permasalahan lingkungan hidup juga telah berkembang menjadi permasalahan global. Guru, siswa dan sekolah menjadi bagian yang harus bertanggung jawab terhadap permasalahan lingkungan global, seperti kerusakan ozon, pemanasan global, hujan asam, penurunan kuantitas dan kualitas keanekaragaman hayati dan sebagainya," katanya.

Climate Security Coordinator dari British Council Indonesia Nita Irawati Murjani menyatakan pendidikan lingkungan hidup yang diperkenalkan secara dini akan mendasari sikap dan gaya hidup yang bersahabat dengan lingkungan. "Pendidikan lingkungan diharapkan dapat memberikan dampak positif yang signifikan terhadap kelestarian lingkungan hidup yang berwawasan pembangunan berkelanjutan. Pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup secara tepat dapat mempercepat proses peningkatan kapasitas sumber daya manusia dalam pengelolaan lingkungan hidup," kata Nita.

Pembicara dari Yayasan Benih Matahari Education for Sustainable World (Bimaesw) Maria Mumpuni Purboningrum menyatakan dalam realitasnya, pendidikan lingkungan yang berlangsung di sekolah cenderung menyajikan materi lingkungan hidup yang bersifat teoritis. "Pendidikan lingkungan seharusnya dapat menumbuhkan kepedulian dan sensitivitas, memberikan pengalaman dan pemahaman, menanamkan nilai-nilai dan motivasi, serta melatih keterampilan mengidentifikasi dan memecahkan persoalan. Selain itu pendidikan lingkungan juga harus memberikan kesempatan pada siswa terlibat aktif menyelesaikan permasalahan lingkungan," kata Maria.

Ketua Musyawarah Guru Matapelajaran (MGMP) Biologi Kabupaten Gresik Syamsuddin mengatakan melalui Semiloka Pendidikan Lingkungan ini, MGMP Biologi Kabupaten Gresik mengajak guru bidang studi lingkungan hidup ikut serta berkontribusi memberikan pencerahan praksis pendidikan lingkungan. "Kami berharap dapat membentuk network (jaringan kerja) antarsekolah (guru dan siswa) untuk mensosialisasikan permasalahan lingkungan dan pemecahan permasalahan secara bersama melalui pendidikan lingkungan," katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar